• Breaking News

    Kelembagaaan Surau di Minangkabau Harus Diperkuat


    Pakandangan (sumbarkini.com) – Surau-surau di Minangkabau dulunya dipercaya menjadi pusat pembentukan tokoh-tokoh hebat bangsa ini. Surau harus difungsikan kembali sebagaimana keberadaannya di masa lalu.

    Surau dulunya menjadi tempat berkumpul, bermalam para generasi muda. Di surau pula mereka belajar agama dan belajar silat. Saking pentingnya, satu kaum biasanya punya satu surau.

    “Banyak tokoh nasional dari Sumbar mengeyam pendidikan surau. Tokoh Proklamator Indonesia Mohammad Hatta adalah seorang yang religius. Bung Hatta ternyata alumni pendidikan surau. Dia berguru ke Syekh Jamil Jaho. Cukup lama, barulah dia melanjutkannya ke Belanda,” ujar H. Leonardy Harmainy usai mengikuti Silaturahim Akbar di Pondok Pesantren Nurul Yakin Ringan-ringan Pakandangan, Kabupaten Padang Pariaman, Rabu 20 Juni 2018.

    Leonardy menyebutkan, kini pendidikan surau mungkin berbentuk sistem kelas seperti pondok pesantren. Dia ingin agar para pengajar dan alumni pondok yang hadir dalam silaturahim terus mengembangkan sistem pengajaran dan meningkatkan kualitas pendidikan di sana dengan tetap mempertahankan keilmuan yang bersumber dari kitab-kitab klasik.

    Pemahaman terhadap kitab klasik harus dipertahankan karena para ilmuwan Islam bisa menggali sisi keilmuan yang diisyaratkan Sang Pencipta dalam alquran setelah mereka mampu menafsirkan ayat-ayat alquran dengan baik dan benar. Ulama Minangkabau tempo dulu ‘disegani’ karena mereka telah memutus kaji ke Mekah. Berguru ke Masjidil Haram, lalu mereka pun menjadi guru pula di sana.

    Pendiri NU KH Hasyim Asy’ari dan pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan pun murid dari ulama asal minangkabau yakni Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi. Syekh Ahmad Khatib ini orang Indonesia pertama yang menjadi imam di Masjidil Haram. Makanya Leonardy ingin pula agar dari Ringan-ringan lahir ulama-ulama berkualitas dan tokoh-tokoh nasional di masa depan.

    Leonardy memberikan dukungan dana bagi Ponpes Nurul Yakin.

    “Jangan hanya bercita-cita, selepas dari pondok hanya mencukupkan ilmu yang didapat. Lanjutkan belajar agama ke tingkat yang lebih tinggi. Atau bisa pula menjadi ahli hukum yang ulama, ahli teknik, ahli ekonomi dan lainnya yang punya jiwa ulama,” tegas Leonardy Harmainy Dt. Bandaro Basa seraya menegaskan DPRD Sumbar di masa kepemimpinannya telah merintis pembangunan asrama mahasiswa asal minang di Mesir untuk menjamin tempat tinggal mereka yang baru datang ke negara itu untuk mendukung calon ulama mendapat pengajaran dari sumber aslinya.

    Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Yakin Ringan-ringan, Idarussalam Tuanku Sutan menyatakan peningkatan kualitas pendidikan di Pondok Pesantren Ringan-ringan. Perjuangan Syekh H. Ali Imran Hasan yang dipanggilnya buya itu harus dilanjutkan.

    Menurut anak Syeikh H. Ali Imran Hasan tersebut menyebutkan buya meninggalkan ilmu-ilmu pengetahuan dalam wadah pondok Pesantren Nurul Yakin. Keilmuan itu bersumber dari kitab-kitab klasik. Dia pun punya ilmu jiwa bathin Tarikat Syatariyah yang dipercaya dengan ‘Kaji Cukuik’ dari guru-gurunya.



    “Bukan hanya itu, Buya punya kombinasi ilmu pengetahuan melalui mengajar (pendidik/punya pondok) dan menebar ilmu lewat dakwah (muballigh). Makanya kini sejak buya meninggal Pimpinan Pondok dipimpin Drs. Almukhdil Karim Tuanku Bagindo dan ditetapkan khalifah yang bertanggung jawab menjaga dan meneruskan wirid dan ajaran buya, dialah Syekh Zulhardi Tuanku Kerajaan Nan Saleh,” pungkasnya.

    Dalam pertemuan itu, para hadirin diberi pencerahan seputar minangkabau dulu, kini dan esok oleh Ustad Zulhamdi Malin Mudo. Dia pun meluruskan informasi seputar Perang Paderi. Ulama dan pemimpin adat Minangkabau bahu-membahu dalam melawan Belanda. Justru kedatangan tiga ulama dari Mekah yang membuat perlawanan masyarakat Minang di bawah pimpinan Dt Malakawi dan Dt. Rajo Mudo semakin hebat. (*)

    Tidak ada komentar

    Masukan dan informasinya sangat penting bagi pengembangan situs kita ini...

    Pendidikan

    5/pendidikan/feat2