• Breaking News

    Leonardy: Teladani Syekh Sulaiman Ar Rasuli dalam Menghidupkan Pesantren

    Padang (sumbarkini.com) – Sosok Syekh Sulaiman Ar Rasuli diharapkan menjadi titik tolak kebangkitan pesantren-pesantren Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Tarbiyah-PERTI). Hal ini ditegaskan oleh Anggota DPD RI H. Leonardy Harmainy Dt. Bandaro Basa, S.IP., MH usai memberikan ceramah di Musda I organisasi massa yang didirikan syekh yang lebih dikenal dengan julukan Inyiak Canduang itu, Sabtu 23 November 2019.

    “Saya kutipkan pesan Syekh Sulaiman Ar Rasuli, lima hari menjelang meninggal beliau. Pada 26 Juli 1970 itu beliau berkata ‘Teroeskan membina Tarbijah Islamijah sesoeai dengan peladjaran jang koeberikan..!’. Dan hadirin yang mengikuti ceramah saya tadi sepakat mengatakan itu wasiat yang harus dijalankan,” ujar Leonardy, Senin 25 November 2019.

    Leonardy menyatakan dalam Musda I Persatuan Tarbiyah Islamiyah itu bahwa jika pesan itu disepakati sebagai bentuk wasiat, maka warga Tarbiyah harusnya melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Apa yang diajarkan Inyiak Canduang itu, memahami dan melanjutkan bagaimana perjuangan Inyiak Canduang membina Tarbiyah dan PERTI secara ekonomi, sosial, pendidikan dan politis.

    Inyiak Canduang berperan secara ekonomi bukan hanya buat organisasi yang didirikannya. Tapi juga untuk umat dan masyarakat banyak seperti turut membidani pendirian Bank Nasional, bank swasta pertama milik pribumi yang didirikan pada 27 Desember 1930 di Bukittinggi. 

    Leonardy juga mengingatkan bagaimana Inyiak Canduang mengembangkan pesantren dengan membangkitkan kewirausahaan di kalangan santrinya. Mengembangkan sikap sosial di lingkungan pondok dan masyarakat sekitar. Santri dilibatkan dalam menggarap lahan pertanian milik pesantren atau milik masyarakat dan menikmati hasilnya. Pesantren dan santri hidup dengan usaha-usaha ekonomi yang dikembangkan di pesantren.

    Ini contoh tauladan yang harus jadi perhatian bagi pengelola pondok dan madrasah di lingkungan Persatuan Tarbiyah Islamiyah. Kembangkan usaha-usaha produktif di pesantren atau sekolah dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada. Leonardy menegaskan pula, dia turut melakukan dorongan yang diperlukan jika usaha itu sudah layak dan bisa didanai dengan kredit usaha rakyat atau permodalan lainnya. 


    Sebagai buktinya, Leonardy yang jadi pemateri bertajuk Penanaman Nilai-nilai Kewirausahaan di Pesantren dalam Musda itu menyanggupi ikut mencarikan bibit ikan lele bagi MTI Koto Tinggi Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar yang telah menyiapkan 12 kolam bagi usaha produktif pondoknya. “Ini bukti DPD itu ada di tengah masyarakatnya, ada di tengah umat,” tegasnya. 


    Suasana pembukaan, menyanyikan Indonesia Raya

    Lebih jauh lagi, menurut Leonardy, sudah tepat langkah Tarbiyah-PERTI melakukan ishlah pada 2016 lalu. Sebab Tarbiyah yang didirikan pada 5 Mei 1928 dan PERTI yang didirikan pada 28 Mei 1930, sama-sama didirikan oleh Syekh Sulaiman Ar Rasuli. Alangkah baiknya seiring sejalan dalam memperjuangkan kebenaran.

    Diingatkan oleh Leonardy, keberhasilan menyatukan keduanya setelah bersimpang jalan selama 50 tahun lebih harus dikawal dari upaya-upaya memecah-belahnya kembali. Banggalah menjaganya karena ini aset ranah minang, ada organisasi tingkat nasional yang lahir dan berakar di Minangkabau. Makanya Leonardy mengapresiasi pelaksanaan Musda I. Musda berjalan dengan baik, jauh dari ricuh meski ada perbedaan-pendapat yang sangat tajam. 

    “Alhamdulillah, Musda yang dibuka Gubernur Sumbar bisa berlansung aman dan lancar. Ada sikap legowo yang ditunjukkan oleh Pimpinan Pusat yang dipimpin Drs. H.Basri Bermanda MBA tidak ingin memaksakan kehendak mereka demi melihat besarnya keinginan sebagian besar Pimpinan Cabang untuk mendudukkan jagoannya sebagai Ketua PD,” ungkapnya.

    Sebagai orang yang malang melintang di kancah perpolitikan, Leonardy sangat paham apa yang terjadi di Musda itu bakal jadi contoh bagi musda di provinsi lain. Makanya, Leonardy sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Persatuan Tarbiyah Islamiyah Sumbar terus berkoordinasi dengan tokoh-tokoh Tarbiyah untuk menjaga diri guna memberikan contoh teladan yang baik. 

    Setiap warga Tarbiyah dimintanya mengedepankan kebaikan buat organisasi massa tingkat nasional satu-satunya yang didirikan di Sumatera Barat. Apalagi pelaksanaan Musda di daerah ini merupakan yang pertama di Indonesia setelah ishlah dilaksanakan. Hal itu juga diingatkan kepada Prof. Dr. Duski Samad dan H. Boy Lestari Dt. Palindih yang dinobatkan sebagai tokoh yang berperan untuk ishlah tersebut pada ajang Musda I.

    Foto bersama dengan saat pembukaan Musda I Tarbiyah-PERTI
    Leonardy juga menghimbau para warga Tarbiyah untuk memulai kembali perjuangan mengupayakan Syekh Sulaiman Ar Rasuli mendapatkan gelar pahlawan nasional. Kawan seangkatan ketika belajar kepada Syekh Ahmad Khatib Abdul Latif Al Minangkabawi di Makkah telah lama menjadi pahlawan nasional yaitu KH Hasyim Asy’ary. Tokoh pendiri NU itu sudah mendapatkan gelar itu pada tahun 1964, berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No.294 Tahun 1964 tanggal 17 November 1964.

    Gubernur Sumbar, Prof Dr. Irwan Prayitno, S.Psi., M.Si yang membuka Musda itu mengapresiasi Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Tarbiyah-PERTI) yang mampu bersinergi dengan pemerintah. Organisasi ini dinyatakan Gubernur termasuk kelompok yang mampu menegur pemerintah secara elegan. 

    Dengan tegas dikatakannya, Tarbiyah-PERTI tidak menuding langsung secara terbuka ketika melihat ada yang dirasa salah, tapi memberitahukannya secara bijak. Gubernur pun berharap agar Tarbiyah-PERTI mampu mengawal ishlah ini sehingga mampu memperjuangkan kebenaran.

    Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Sumbar, H. Hendri, S.Ag, M.Pd mengatakan keprihatinannya belum bisa memberikan dorongan lebih untuk kemajuan Persatuan Tarbiyah Islamiyah. Kemenag akan mencoba meningkatkannya dari tahun ke tahun sebagai wujud turut bangga memajukan ormas islam yang lahir di Ranah Minang. Untuk madrasah terus dibantu Rp20 juta hingga 50 juta sementara pondok dibantu hingga Rp 500 juta.

    Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Tarbiyah Islamiyah, Drs. Basri Bermanda, M.BA, menyatakan apresiasinya atas musda yang digagas PD Persatuan Tarbiyah Islamiyah Sumbar. Bahkan dengan tegasnya dia menyatakan musda pertama di Sumbar merupakan musda pertama di Indonesia yang dilaksanakan setelah Ishlah.

    Untuk itu, Basri menyatakan harapan besarnya terhadap musda itu. Terlebih dari dari 29 provinsi di Indonesia, Sumbar pun termasuk yang cepat membenahi kepengurusan pimpinan cabangnya di 19 kabupaten/kota. 

    Ketua Panitia Musda, H. Abdul Kadir Harahap, S.Pd.I, MA membenarkan pada Juni 2016. Tarbiyah-PERTI Sumatera Barat menggagas ishlah ini. Makanya pada Musda ini secara khusus memberikan anugerah kepada dua tokoh yang berperan sebagai inisiator terjadinya ishlah ini, yaitu Prof. Dr. H. Duski Samad, MA dan Almukarram H. Boy Lestari Dt Palindih.
    “Ini bagian sejarah yang harus tercatatkan. Paling tidak dalam perjalanan organisasi yang kita cintai ini,” ujarnya. 

    Musda ini sebagai persidangan tertinggi untuk mengevaluasi kinerja pengurus sebelumnya, merancang menyusun program organisasi lima tahun ke depan, menyusun, mengangkat dan menetapkan susunan pengurus periode 2019-2024.  Musda diharapkan menghasilkan terjalinnya hubungan harmonis antar pesantren di lingkungan Tarbiyah-PERTI. Juga diharapkan lahir forum komunikasi antar pesantren.

    Sementara Ketua PD Tarbiyah-PERTI Sumatera Barat, Prof. Dr. H. Sufyarma Marsidin, M.Pd menjelaskan dalam iven ini ada tiga kegiatan, membuka secara resmi Musda I Persatuan Tarbiyah Islamiyah. Membuat pusat dakwah yang dipimpin oleh Prof. Dr. H. Salmadanis, Prof. Dr. H. Makmur Syarif, SH., MA. Ketiga meresmikan pusat kajian kitab kuning yang dipimpin Prof. Dr. H. Awis Qarni. 

    Dia pun menjelaskan kepada hadirin tentang pertanyaan Gubernur Sumbar bahwa secara ilmu kebahasaan tidak mengambung Persatuan Tarbiyah Islamiyah disingkat Tarbiyah-PERTI. Tetapi secara sosial histologist inilah yang paling tepat untuk ishlah. Dalam perjalanan nantinya akan dicari yang lebih pas.

    Semua pengurus cabang telah dilantik secara struktural. Begitu juga sebagian pengurus anak cabang. Tapi yang menjadi fokus perhatian ke depannya adalah bagaimana menjadikan ishlah secara kultural. (*)

    Tidak ada komentar

    Masukan dan informasinya sangat penting bagi pengembangan situs kita ini...

    Pendidikan

    5/pendidikan/feat2