Manfaakan Momen HPN Buat Pengukuhan Roehana Koeddoes Sebagai Pahlawan Nasional
Oleh H. Leonardy Harmainy Dt. Bandaro Basa, S.IP, MH.
(Anggota Komite IV DPD RI - MPR RI)
Hari
Pers Nasional 2018 dilaksanakan di Kota Padang. Puncaknya pada tanggal 9
Februari 2018. Kabar gembiranya, puncak peringatan itu bakal dihadiri
Presiden Joko Widodo.
Tak
mudah untuk membawa alek gadang ini ke Sumbar. Salut buat Ketua PWI
Sumbar Heranof dkk.Pasti banyak agenda untuk membuatnya meriah dan penuh
makna. Beberapa diantaranya penyerahan hadiah kepada media cetak,
televisi dan radio. Adapula penghargaan tertinggi Adinegoro kepada
wartawan maupun medianya.
Bahkan
jauh sebelum itu, seminar dan berbagai acara diadakan untuk menjadikan
HPN momen istimewa. Beragam talkshow juga digelar agar HPN bergema.
Semua
pihak pun dihimbau untuk menyukseskannya. Gubernur triwulan pertama
2017 sudah meminta semua pihak untuk berkontribusi secara nyata terhadap
kesuksesan acara yang secara lansung atau tak lansung menjadi marwah
seluruh masyarakat Sumbar.
Namun
sepertinya ada yang terlupa. Di hari gembira buat para wartawan tanah
air itu seolah tak terdengar gaung untuk memperjuangkan salah satu tokoh
pelopor wartawan di Indonesia. Dia ikut menggelorakan semangat para
pejuang.
Dialah Rangkayo
Rohana Koeddoes, wartawati pertama. Pemilik sekaligus pendiri surat
kabar perempuan pertama, yaitu Koran Soenting Melajoe.
Roehana
Koeddoes lahir di Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat pada 20
Desember 1884 dan meninggal di Jakarta, 17 Agustus 1972 (87 tahun).
Anak
dari Mohamad Rasjad Maharadja Soetan dan ibunya bernama Kiam merupakan
kakak tiri dari Soetan Sjahrir, Perdana Menteri Indonesia yang pertama
dan juga mak tuo (bibi) dari penyair terkenal Chairil Anwar.
Roehana
Koeddoes pun adalah sepupu H. Agus Salim. Roehana hidup pada zaman yang
sama dengan Kartini, dimana akses perempuan untuk mendapat pendidikan
yang baik sangat dibatasi. Berkat kegigihannya dia berhak atas sebutan
pendiri surat kabar perempuan pertama di Indonesia.
Alangkah
bagusnya jika di Hari Pers Nasional yang dihelat di Kota Padang ini
menjadi barometer bagi pengakuan terhadap Roehana Koeddoes sebagai
Pahlawan Nasional. Telah lama ini diperjuangkan, namun belum bisa
direalisasikan.
Bahkan
kaum perempuan di Sumbar, mendirikan organisasi Roehana Koeddoes sebagai
bentuk perjuangan mereka menjadikan perempuan pendidik kaumnya itu
dijadikan Pahlawan Nasional.
Ini
penting artinya, Roehana mendirikan sekolah keterampilan khusus
perempuan pada tanggal 11 Februari 1911 yang diberi nama Sekolah
Kerajinan Amai Setia. Di sekolah ini diajarkan berbagai keterampilan
untuk perempuan, keterampilan mengelola keuangan, tulis-baca, budi
pekerti, pendidikan agama dan Bahasa Belanda. Dia mendapatkan
ketrampilan yang dia ajarkan ke kaumnya tersebut saat sang ayah bertugas
di Alahan Panjang dan bertetangga dengan atasannya orang Belanda.
Roehana
memberdayakan kaumnya. Hasil kerajinan Amai Setia menjadi basis
industri rumah tangga dan dikembangkan mirip dengan koperasi simpan
pinjam saat ini. Anggotanya perempuan semua.
Lewat
lembaga ini dia memasarkan hasil kerajinan itu ke Eropa karena memenuhi
syarat ekspor. Roehana juga menjalin kerjasama dengan pemerintah
Belanda karena ia sering memesan peralatan dan kebutuhan jahit-menjahit
untuk kepentingan sekolahnya.
Keinginan
kuat Roehana untuk memajukan pendidikan kaum perempuan di kampungnya
ditunjang kebiasaannya membaca dan menulis, membuat Roehana menerbitkan
surat kabar perempuan yang diberi nama Soenting Melajoe pada tanggal 10
Juli 1912. Ini surat kabar perempuan pertama di Indonesia yang pemimpin
redaksi, redaktur dan penulis semuanya perempuan.
Lewat
ini, Roehana memperjuangkan 'emansipasi' kaumnya. Emansipasi yang
ditawarkan dan dilakukan Roehana tidaklah dengan menuntut persamaan hak
perempuan dengan laki-laki, namun lebih kepada pengukuhan fungsi alamiah
perempuan menurut kodratnya untuk dapat berfungsi sebagai perempuan
sejati sebagaimana mestinya dengan ditunjang ilmu pengetahuan dan
keterampilan. Dengan caranya, Roehana menggambarkan betapa diperlukannya
pendidikan untuk perempuan.
Untuk
itu sekali lagi, sangat diharapkan para wartawan Sumbar baik secara
individu maupun secara organisasi dapat memperjuangkan pengakuan
terhadap Roehana Koeddoes ini. Minimal para wartawati daerah ini.
Pemerintah daerah hingga pusat diharapkan segera menindaklanjuti dengan
pengukuhan Roehana sebagai Pahlawan Nasional.
Sebagai
putra daerah yang kini menjadi Ketua KAN Koto Gadang, saya H. Leonardy
Harmainy Dt. Bandaro Basa, sangat berharap para jurnalis di Sumbar
berupaya sekuat tenaga memperjuangkan pengakuan terhadap sesepuhnya ini.
Setidaknya upaya ke arah ini belum terbetik sedikitpun jelang HPN.
Banyak
kegiatan, banyak pihak yang dilibatkan untuk kemeriahan HPN yang
berkaitan langsung dengan marwah Sumbar itu mungkin masih terasa hambar
jika status Rohana Koeddoes masih belum berubah.
Mari
lewat HPN ini kita kembalikan ingatan orang bahwa tanah Minangkabau di
Sumatera Barat tidak hanya dikenal melahirkan banyak negarawan yang
tercatat dalam sejarah emas bangsa ini. Tapi ternyata juga melahirkan
pionir serta jurnalis perempuan pertama Indonesia.
Setidaknya
di momen HPN 2018 lahir resolusi yang mendesak tokoh pers perempuan ini
diakui sebagai pahlawan nasional. Hari lahirnya, 20 Desember menjadi
hari khusus bagi perempuan tangguh secara nasional, minimal di lingkup
Sumatera Barat.
Selaku
anggota DPD RI pun akan menggalang dukungan untuk meminta Pemerintah RI
untuk segera menetapkan Roehana Koeddoes menjadi pahlawan Nasional. (*)
Tidak ada komentar
Masukan dan informasinya sangat penting bagi pengembangan situs kita ini...