Basapa Harus Dijadikan Wisata Religi Andalan
Padang (sumbarkini.com) – Rabu 24 Oktober 2018 atau bertepatan dengan 15 Safar 1440 Hijriyah merupakan Hari Basapa Gadang di Ulakan Padang Pariaman. Ribuan orang dari kalangan tarekat Syattariyah khususnya dan Umat islam umumnya pergi berziarah ke makam Syekh Burhanuddin.
Nagari Ulakan ramai dikunjungi. Jamaah dari darek atau dari luhak nan tigo datang beserta guru masing-masing. Di Ulakan jamaah yang daerahnya memiliki surau, beribadah di surau masing-masing. Sementara lainnya beribadah dan bermalam di Masjid Agung Syekh Burhanuddin.
“Tradisi Basapa (bersafar) ini sebaiknya dimanfaatkan oleh Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman dengan sebaik-baiknya,” ujar Anggota Komite III DPD RI, H. Leonardy Harmainy Dt Bandaro Basa, S.IP., MH usai menyapa Jamaah Basapa di Masjid Agung Syekh Burhanuddin dan Surau Tanah Datar di Ulakan, Rabu 24 Oktober 2018.
Leonardy beralasan, jamaah yang pergi Basapa datang dari jauh, datang bersama guru mereka dengan membawa persiapan untuk beribadah dan bermalam di Ulakan. Jika mereka disambut dengan baik, dibantu persiapannya kemudian dilepas dalam suatu seremonial pula, tentu mendatangkan kesan yang baik terhadap pengunjung. Pengalaman membahagiakan itu tentu jadi pendorong bagi mereka untuk berkunjung lagi pada basafa tahun berikutnya.
Leonardy menyarankan sebagusnya pemerintah kabupaten mempersiapkan surau yang bisa ditempati jamaah bersama rombongan yang satu nagari atau berasal dari satu kabupaten. Seperti Surau Tanah Datar yang dikunjunginya ditempati oleh jamaah dari Gurun, Rambatan dan daerah lainnya di Luhak Nan Tuo.
Biasanya, cuma tanah yang disediakan Nagari Ulakan untuk membangun surau masing-masing daerah. Sementara bangunannya diupayakan oleh jamaahnya dengan cara badoncek, atau lewat zakat, infak, sadakah jamah dan para perantau.
“Kini katakanlah Pemerintah Kabupaten yang membangun surau dengan menggandeng donatur/pengusaha. Selain bentuk dan fasilitas tiap surau mirip, surau-surau pun lebih tertata dengan baik. Tinggal memungut sewa dengan harga murah dan uang kebersihan misalnya. Disamping itu bangun pula penginapan untuk pengunjung umum,” ungkapnya.
Menantu Bupati Anas Malik itu, mengingatkan bahwa tiap Basapa Gadang, Basapa Ketek dan Basapa Angku Saliah, Ulakan selalu ramai dikunjungi. Bukan hanya mereka yang beribadah. Daerah Pantai Ulakan pun ramai. Biasanya pedagang pun berdatangan ke sana.
“Ini asset yang bisa dikonversikan menjadi pendapatan asli daerah. Nagari Ulakan pun kecipratan rezeki tahunan ini. Di Pantai Ulakan saja, sebelum terkena abrasi, satu pedagang ada yang mengaku bisa mendapatkan uang sekitar Rp4 juta semalam. Cukup besar khan,” tegasnya.
Abrasi yang baru-baru ini terjadi pasti berdampak pada pendapatan pedagang di seputar Pantai Ulakan. Peran pemerintah sangat diharapkan untuk segera mengamankan bibir pantai. Begitu juga dengan merekonstruksi bibir pantai yang telah diterjang ombak besar dan merelokasi rumah penduduk dari pantai ke tempat lainnya.
Jual Cerita Basapa
Menurut Leonardy, ada cerita menarik di balik ritual basapa ini. Ini yang perlu dijual untuk menjadikan wisata religi unggulan. “Kemas cerita di balik basapa ini dengan baik. Lalu lengkapi fasilitasnya, buat kalender iven, jual paket wisatanya dan nikmati kunjungan wisatawan,” ujar pria yang akrab dipanggil Bang Leo itu.
Bisa diceritakan betapa basapa (bersafar) merupakan ritual dalam bentuk ziarah secara serentak ke makam Syekh Burhanuddin tokoh ulama Tarekat Syattariyah di Padang Sigalundi Ulakan, Kabupaten Padang Pariaman. Tetapi dalam ritual basapa, yang dilakukan pada bulan Safar setiap tahun tersebut biasanya dihadiri oleh masyarakat Muslim pada umumnya.
Awalnya ritual basapa dilakukan demi menghormati Syekh yang dianggap berjasa dalam menyebarkan Tarekat Syattariyyah khususnya, dan Islam pada umumnya. Dijelaskannya, menurut beberapa sumber, basapa mulai dilakukan pengikut Syekh Burhanuddin Ulakan sekitar 1316 H/1897 M.
Ritual dilaksanakan bersamaan pada Hari Rabu setelah tanggal 10 Safar. Tanggal ini diyakini sebagai tanggal wafatnya Syekh Burhanuddin Ulakan, yaitu pada 10 Safar 1111 H/1691 M.
“Yang jelas, basapa mendekatkan umat dengan guru dan ajaran agama. Melaksanakan ajaran agama dengan sebaik mungkin. Bahkan Pertemuan akbar dengan umat Islam dari daerah lain membuat silaturahim antar sesama umat kian terjalin,” urainya. (*)
Nagari Ulakan ramai dikunjungi. Jamaah dari darek atau dari luhak nan tigo datang beserta guru masing-masing. Di Ulakan jamaah yang daerahnya memiliki surau, beribadah di surau masing-masing. Sementara lainnya beribadah dan bermalam di Masjid Agung Syekh Burhanuddin.
“Tradisi Basapa (bersafar) ini sebaiknya dimanfaatkan oleh Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman dengan sebaik-baiknya,” ujar Anggota Komite III DPD RI, H. Leonardy Harmainy Dt Bandaro Basa, S.IP., MH usai menyapa Jamaah Basapa di Masjid Agung Syekh Burhanuddin dan Surau Tanah Datar di Ulakan, Rabu 24 Oktober 2018.
Leonardy beralasan, jamaah yang pergi Basapa datang dari jauh, datang bersama guru mereka dengan membawa persiapan untuk beribadah dan bermalam di Ulakan. Jika mereka disambut dengan baik, dibantu persiapannya kemudian dilepas dalam suatu seremonial pula, tentu mendatangkan kesan yang baik terhadap pengunjung. Pengalaman membahagiakan itu tentu jadi pendorong bagi mereka untuk berkunjung lagi pada basafa tahun berikutnya.
Leonardy menyarankan sebagusnya pemerintah kabupaten mempersiapkan surau yang bisa ditempati jamaah bersama rombongan yang satu nagari atau berasal dari satu kabupaten. Seperti Surau Tanah Datar yang dikunjunginya ditempati oleh jamaah dari Gurun, Rambatan dan daerah lainnya di Luhak Nan Tuo.
Biasanya, cuma tanah yang disediakan Nagari Ulakan untuk membangun surau masing-masing daerah. Sementara bangunannya diupayakan oleh jamaahnya dengan cara badoncek, atau lewat zakat, infak, sadakah jamah dan para perantau.
“Kini katakanlah Pemerintah Kabupaten yang membangun surau dengan menggandeng donatur/pengusaha. Selain bentuk dan fasilitas tiap surau mirip, surau-surau pun lebih tertata dengan baik. Tinggal memungut sewa dengan harga murah dan uang kebersihan misalnya. Disamping itu bangun pula penginapan untuk pengunjung umum,” ungkapnya.
Menantu Bupati Anas Malik itu, mengingatkan bahwa tiap Basapa Gadang, Basapa Ketek dan Basapa Angku Saliah, Ulakan selalu ramai dikunjungi. Bukan hanya mereka yang beribadah. Daerah Pantai Ulakan pun ramai. Biasanya pedagang pun berdatangan ke sana.
“Ini asset yang bisa dikonversikan menjadi pendapatan asli daerah. Nagari Ulakan pun kecipratan rezeki tahunan ini. Di Pantai Ulakan saja, sebelum terkena abrasi, satu pedagang ada yang mengaku bisa mendapatkan uang sekitar Rp4 juta semalam. Cukup besar khan,” tegasnya.
Abrasi yang baru-baru ini terjadi pasti berdampak pada pendapatan pedagang di seputar Pantai Ulakan. Peran pemerintah sangat diharapkan untuk segera mengamankan bibir pantai. Begitu juga dengan merekonstruksi bibir pantai yang telah diterjang ombak besar dan merelokasi rumah penduduk dari pantai ke tempat lainnya.
Jual Cerita Basapa
Menurut Leonardy, ada cerita menarik di balik ritual basapa ini. Ini yang perlu dijual untuk menjadikan wisata religi unggulan. “Kemas cerita di balik basapa ini dengan baik. Lalu lengkapi fasilitasnya, buat kalender iven, jual paket wisatanya dan nikmati kunjungan wisatawan,” ujar pria yang akrab dipanggil Bang Leo itu.
Bisa diceritakan betapa basapa (bersafar) merupakan ritual dalam bentuk ziarah secara serentak ke makam Syekh Burhanuddin tokoh ulama Tarekat Syattariyah di Padang Sigalundi Ulakan, Kabupaten Padang Pariaman. Tetapi dalam ritual basapa, yang dilakukan pada bulan Safar setiap tahun tersebut biasanya dihadiri oleh masyarakat Muslim pada umumnya.
Awalnya ritual basapa dilakukan demi menghormati Syekh yang dianggap berjasa dalam menyebarkan Tarekat Syattariyyah khususnya, dan Islam pada umumnya. Dijelaskannya, menurut beberapa sumber, basapa mulai dilakukan pengikut Syekh Burhanuddin Ulakan sekitar 1316 H/1897 M.
Ritual dilaksanakan bersamaan pada Hari Rabu setelah tanggal 10 Safar. Tanggal ini diyakini sebagai tanggal wafatnya Syekh Burhanuddin Ulakan, yaitu pada 10 Safar 1111 H/1691 M.
“Yang jelas, basapa mendekatkan umat dengan guru dan ajaran agama. Melaksanakan ajaran agama dengan sebaik mungkin. Bahkan Pertemuan akbar dengan umat Islam dari daerah lain membuat silaturahim antar sesama umat kian terjalin,” urainya. (*)
Tidak ada komentar
Masukan dan informasinya sangat penting bagi pengembangan situs kita ini...