Minim Anggaran, Solsel Tetap Rutin Sosialisasi Mitigasi dan Tanggap Bencana
Padang Aro (sumbarkini.com) - Menjadi salah satu daerah rawan bencana alam, membuat
Pemerintah Kabupaten Solok Selatan (Solsel) rutin memberi sosialisasi mitigasi
maupun tanggap bencana kepada warga setempat. Hal ini guna meminimalisir resiko
akibat bencana.
"Sejatinya
kita minim anggaran untuk kegiatan itu. Namun, untuk sosialisasi mitigasi dan
tanggap bencana tiap tahun selalu dilakukan, baik ke masyarakat maupun ke
pelajar sekolah. Lalu, tiap tahun juga dilakukan simulasi bencana," kata
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solsel, Sumardianto.
Solsel
lanjutnya, merupakan daerah yang rawan terhadap bencana banjir disertai
longsor, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), bencana gempa, erupsi Gunung
Kerinci, kekeringan dan puting beliung. Termasuk bencana non alam seperti
konflik sosial.
Sementara
itu, bencana dengan resiko besar yang dikhawatirkan Solsel yakni ancaman erupsi
gunung kerinci. Terlebih, sejak September 2007 lalu, gunung kerinci ditetapkan
status waspada atau level dua (waspada) oleh Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana
Geology (PVMBG) yang berkantor di Bandung dan sampai sekarang belum dicabut.
Lalu
terkait potensi gempa sambungnya, sebagian wilayah Solsel dilalui patahan sesar
semangko yang dikenal dengan segmen Suliti. Panjangnya sekitar 95 km, dimulai
dari Lembah Gumanti melalui Ulu Suliti, Koto Parik Gadang Diateh, Muaralabuh,
Liki hingga Kerinci dan bertemu dengan Segmen Siulak.
Namun
sejauh ini, segmen Suliti masih dinilai belum banyak berulah. Terakhir,
pergerakan besar terjadi pada segmen ini yakni pada tahun 1943 silam. Tahun
2015 lalu segmen Suliti juga sempat mengalami pergerakan dan tercatat pusat
gempa di Pasirtalang dengan kekuatan sekitar 3 skala Richter.
Masyarakat
di jalur segmen itu jelas Sumardianto telah banyak menetap dan membangun
perumahan. Jika segmen Suliti mengalami pergerakan yang kemudian menimbulkan
gempa, maka minimnya informasi akan memicu kekhawatiran yang tinggi terhadap
resiko korban bencana.
Oleh
karena itu sebutnya, BPBD selalu intens memberi sosialisasi kebencanaan.
Demikian pula pemahaman pentingnya mitigasi bencana di lingkungan tempat
tinggal masyarakat. Sebab resiko bencana akan semakin membesar jika masyarakat
hanya sedikit mengetahui dan memahami pola tanggap bencana yang tepat.
"Sekarang
kita memiliki program sosialisasi yang dinamakan SMAB. Sosialisasi kebencanaan
bagi Sekolah dan Madrasah aman Bencana. Dalam bulan ini akan turun ke
sekolah-sekolah, bertindak sebagai pemimpin upacara lalu menyampaikan kepada
siswa betapa pentingnya memahami potensi dan penanganan bencana," ujarnya.
Sementara
itu, Kepala BPBD Solsel Johny Hasan Basri menambahkan, upaya mengurangi resiko
bencana yang berkaitan dengan mitigasi bencana, kajiannya tidak selesai pada
BPBD saja. Namun peran leading sektor lain yang memegang wewenang pembangunan
fisik serta pemberi izin terhadap pendirian bangunan juga diperlukan
keseriusannya.
"Kebijakan
leading sektor lain itu mesti selaras dengan upaya peningkatan kemampuan yang
diberi ke masyarakat dalam menghadapi dan menangani bencana ini. Seperti, kita
telah mengingatkan masyarakat agar tidak membangun rumah pada lokasi kaki bukit
yang kemiringan melebihi 45 derajat, jika ada juga yang nekat maka jangan dikeluarkan
IMBnya," katanya. (afriyoriza)
Tidak ada komentar
Masukan dan informasinya sangat penting bagi pengembangan situs kita ini...